News Update
Kami mengimbau kepada seluruh member New Indo Hogwarts untuk tetap menyertakan terjemahan pada bahasa asing yang digunakan dan menggunakan warna abu-abu untuk quote dan mengutip dialog. |
![]() Selamat datang di Forum Role Play Basis Teks INDOHOGWARTS Kami berharap kamu dapat menikmati kunjungan ini. Saat ini, kamu sedang meninjau Forum kami sebagai guest/tamu. Hal ini berarti area tinjauanmu terhadap board dan fitur-fitur yang dapat digunakan di dalam Forum ini masih sangat terbatas. Registrasi dalam Forum ini bebas biaya, namun tahapannya tidak terlalu sederhana, kamu disarankan untuk membaca terlebih dahulu Registrasi dan Aplikasi sebelum mendaftar pada waktu yang telah ditentukan. Jika kamu sudah menjadi member, silahkan log in ke dalam Akunmu untuk mengakses Forum. ![]() |
Aplikasi Chara Penyihir Dewasa Term 25 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tweet Topic Started: Mar 18 2018, 10:37 AM (753 Views) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Periculum | Mar 18 2018, 10:37 AM Post #1 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
GUNAKAN FORMULIR BERIKUT UNTUK MENDAFTARKAN CHARA PENYIHIR DEWASA. Perhatikan ketentuan-ketentuan mengenai chara dan pendaftaran chara yang berlaku dalam GARIS BESAR HALUAN FORUM ROLEPLAY INDOHOGWARTS
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() ![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Louisa Blaine | Mar 20 2018, 02:29 PM Post #2 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
Ceritakan Ceritamu Flashback... Sehari Setelah Pertemuan Keluarga. Ruang Kerja Kediaman Abraham Ignasius Kay. London, Inggris. Kini semuanya semakin jelas. Perang ini membuat seluruh kerabat kerajaan dan para bangsawan mulai mencari cara untuk mendapatkan perlindungan. Di tengah blokade eropa terhadap Inggris yang sudah tidak dapat terelakan lagi. Koalisi yang menurutnya kurang mendapat dukungan dari kalangan bangsawan membuat semuanya menjadi semakin gerah. Maria ingin segera bernafas lega akan kondisi ketiga cucunya, itulah tujuannya berada di ruang kerja suaminya. Dengan tinta yang menggores perlahan di atas perkamen. Matahari terlihat mulai memudar, dengan rona oranye yang menyempurnakan keindahan angkasa. Maria bangkit dari kursinya, memandang jauh luasnya angkasa yang kini mencuri perhatiannya. Benaknya masih sama, bayang-bayang ketiga cucunya masih terus menghantui setiap aktifitasnya. Maria yakin mereka bertiga akan baik-baik saja, terlebih Maria tahu apa yang harus Ia lakukan saat ini. Semuanya telah siap, sebuah surat hanya tinggal menunggu untuk diantarkan. Setelah ini, Maria hanya harus berpikir untuk menyiapkan apa yang harus Kay berikan sebagai jamuan. Terlebih seseorang yang diundangnya adalah seorang bangsawan di Inverness. Wanita ini menutup perkamennya, merapikannya kembali seperti sedia kala. Juga pena bulu yang sempat menghias jemarinya kini sudah kembali ke tempatnya. Makan malam yang di jadwalkan hanya kurang dari satu minggu. Harapannya hanya satu, semoga tidak ada halangan atau masalah yang berarti sampai saat itu tiba, dan wanita terhormat itu dengan senang hati mau menerima undangannya. Hanya itu yang Maria harapkan saat ini. Dan hari yang ditunggu telah tiba... Seluruh anggota keluarga nampak hadir, tiga orang putra dan dua menantu sudah lengkap untuk menjamu seseorang yang cukup penting. Bahkan sangat penting untuk saat ini. Sang suami, Abraham duduk di salah satu ujung meja, selayaknya tuan rumah yang menjunjung tinggi etika kebangsawanan Inggris. Tentu Maria yang mendampinginya pun duduk berdampingan dengan sang kepala keluarga. Semuanya diam, seolah ada perintah yang menyuruh mereka untuk berlaku demikian. Maria dan keluarganya sangat menjunjung tinggi semua yang sudah di tanamnya sejak lama. Karena etika memang selalu menjadi prioritas kaum bangsawan. Segala persiapan sudah lengkap, berbagai kebutuhan sudah dipikirkan sejak lama oleh Maria, sosok yang untuk saat ini menjadi organizer di rumahnya sendiri. Jamuan makan malam terbaiklah yang akan mereka suguhkan untuk makan makan kali ini. Tentunya tanpa ucapan kecewa ataupun raut wajah masam yang menjadi garansi untuk seorang Maria bisa tersenyum lepas. Kurang dari satu minggu wanita ini mewanti-wanti para pelayan keluarganya, hanya untuk bisa mendapatkan yang terbaik pada jamuannya ini. "Denali, Pastikan semuanya telah siap. Aku tidak ingin mengecewakan tamu spesial kita." Ucapnya pada kepala pelayan keluarga. Terlihat Abraham meraih jam saku miliknya, sedikit lagi waktunya tiba. Bukan tanpa alasan Maria melakukan ini semua, wanita itu hanya ingin ketiga cucunya mendapatkan jaminan atas keselamatan mereka di dunia sihir. Walau dirinya juga Abraham kenal dan sering berbincang dengan menteri sihir, Maria yakin dirinya akan lebih tenang jika ketiga cucunya berada ditangan yang mumpuni. Cukup banyak yang bisa Keluarga besar Kay tawarkan pada jamuannya malam ini, terlebih untuk dukungan dari pemerintahan Inggris. Mengingat Abraham cukup berpengaruh di dalam Dewan Bangsawan Inggris di Pemerintahan Britania Raya. Suasana di ruang makan masih tampak sama, beberapa percakapan masih terdengar lirih. Seakan menunggu sang tamu untuk segera menjadi bagian dari mereka. Menjadi keluarga besar dengan beberapa dukungan atas kuasa masing-masing. Tentu ini akan membuat Maria dan Abraham dapat menjalani harinya dengan sedikit tenang. Di tengah pergolakan politik dan perang atas perancis. Diterima Edited by Periculum, Apr 10 2018, 05:37 PM.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() ![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Karlesta Wardlaw | Mar 20 2018, 04:55 PM Post #3 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]()
Ravenclaw
![]() |
Ceritakan Ceritamu Sebuah surat lagi datang pagi ini, dengan tinta merah besar-besar. Ia sudah merasa cukup lelah, sesungguhnya, dengan beberapa laporan dari salah satu cabang bisnisnya di daerah Mississippi. Tidak ada banyak perkembangan. No-maj[1] tanpak terlalu banyak mengambil pengaruh terhadap monopoli dan menetapkan pajak sembarang. Dirinya bukan tak ingin langsung turun tangan. Tidak, menghadapi No-maj yang semena-mena bukan hal sulit. Ia hanya merasa tak memiliki ambisi untuk melanjutkan bisnis itu. Tidak terlalu menguntungkan. “Algún problema, mi amor?” [2]Lecky memandang pada istrinya yang datang bersama segelas ramuan dengan aroma menyejukkan, duduk di pangkuannya. Keahlian wanita itu sebagai ahli ramuan sangat menguntungkan baginya, secara pribadi. Ia tersenyum, mengambil gelas itu. Harum, selalu berhasil membuatnya tenang. “Bisnis, seperti biasa. Wool tidak terlalu bagus di Mississippi,” jawabnya, sambil sesekali menghirup ramuan yang disajikan istrinya. “Kau tahu, kau hanya perlu fokus. Kukira kau bisa datang langsung, memeriksanya dengan tanganmu sendiri,” ujar wanita berdarah latin itu, “Lagipula hal terbaik yang bisa kita buat adalah—“ “—apapun menggunakan tangan kita sendiri,” Lecky melanjutkan kata-kata istrinya dengan lengkung terkembang di wajahnya. Kalimat itu adalah kalimat dimana mereka akhirnya menemukan hati mereka, satu sama lain, nyaris tiga belas tahun lalu. Saat itu usianya empat puluh empat. Meski dimakan usia, tak pernah sekalipun istrinya ini berpaling. Tak jarang resep rahasia keluarganya di Brazil sana membuatnya tampak selalu bugar. There’s luck he found in the inland South America.[3] “Don’t think too much, mi amor,” [4]balas istrinya, tesenyum penuh kasih. “You can go. I will keep the children safe.”[5] Sentuhan lembut istrinya itu sungguh membuatnya terhanyut. Daya pikat seorang putri dari Kepala Klan Guttierez, sebuah organisasi keluarga penyihir besar yang ikut menyokong eksistensi Castelobruxo, memang tak pernah pudar. Resep rahasia keluarga mereka yang kaya tanaman sihir membuatnya tak dapat pergi jauh ketika melakukan perjalanan bisnis ke daerah Brazil. Pertukaran komiditi tanaman sihir dengan wool sekaligus ekspansi Klan Wardlaw. Berakhir pada pernikahannya dengan putri sulung Guttierez. Cintanya tak pernah pudar, bahkan hingga saat ini. “Then I will need you to prepare my needs,”[6] lanjutnya. Perjalanan menuju Mississippi dan segala hal yang mungkin mengganggunya selama dua bulan perjalanan sudah terbayang. Setidaknya tidak akan terlalu berat dengan bekal istrinya. Bukan yang pertama kali, itu hal yang sudah pasti. “Sure do, El Jerarca,”[7] ia tertawa sejenak sebelum membenamkan bibir merah ranumnya pada wajah Lecky Williams. Sensasi yang tak pernah berubah selama lebih dari satu dekade. Membuatnya tak akan pernah berpaling. Barang satu kali pun. “Bawa Pablo bersamamu. Edward akan menjaga Karl dan yang lain, jika mereka ingin jalan-jalan,” Estella beringsut dari dekapannya. “Kalau ada waktu kunjungi makam ibu dan sampaikan salamku pada Padre.”[8] Ralat, empat bulan kalau begitu. “Sí mi reina.”[9] Ah, ia akan rindu wajah dan senyum itu lagi. Empat bulan tak akan lama, Lecky. Tak akan. Diterima [1] Panggilan untuk manusia non-penyihir di daerah Amerika [2] Ada masalah, sayang? [3] Keberuntunganlah yang ia temukan di pedalaman Amerika Selatan. [4] Jangan berpikir terlalu keras, sayang [5] Kau boleh pergi. Aku yang akan menjaga anak-anak [6] Kalau begitu aku butuh dirimu untuk mempersiapkan semua kebutuhanku [7] Tentu, Ketua. (El Jerarca: Panggilan untuk pemimpin, di daerah Amerika Latin) [8] Padre: Panggilan untuk ayah, Bahasa Spanyol [9] Tentu, ratuku Edited by Periculum, Apr 10 2018, 05:38 PM.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() ![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Franshkopa Buckingham | Mar 20 2018, 04:56 PM Post #4 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Unregistered
![]() |
Ceritakan Ceritamu Musim Panas 1819 “Apa yang akan kau lakukan sekarang, My Lord?” Semburat jingga mewarnai langit Dunvegan, mengantar dua bersaudara duduk menghabiskan waktu di penghujung Musim Panas yang menyedihkan. Ada gores khawatir di wajah si pemimpin, bagaimana pun belakangan ini keluarga mereka sedang ditempa oleh duka yang tidak juga berhenti menyerang. Suara napas berat Fitzgerald membuatnya khawatir, tapi kalimatnya akan berhenti sampai di sana. Ia tahu bahwa ada batas yang saudaranya tidak ingin bungsu lewati. ”Sekarang, Freace sudah tiba di Hogwarts. Dia yang akan mengurusnya lebih lanjut.” Tenggorokan Franshkopa mendadak kering, ia mampu merasakan amarah dari kalimat saudaranya. Sudah sangat lama Fitzgerald tidak memperlihatkan dirinya yang ini. Terakhir kali adalah ketika Emily memutuskan untuk mengizinkan Adelaide masuk ke Buckingham Landing, di sanalah terakhir Franshkopa melihat sosok Fitzgerald yang menakutkan. “Kalau begitu kau tidak usah khawatir dan bersantailah sejenak. Freace tidak mungkin membuatmu kecewa.” Fitzgerald mengangguk, lalu meneguk cairan alkohol dari gelasnya. ”Valerie,” Nama putrinya disebutkan, kedua tangannya terkepal rapat. ”Sedang berada di jalur yang sama seperti yang dipilih oleh Alecia. Aku tidak ingin kesalahan yang sama terulang, Fransh. Kau harus mengawasi putrimu atau aku akan melakukan hal yang buruk. Lagi.” Franshkopa bergeming, ia masih ingat bagaimana beberapa hari lalu mereka menguburkan jenazah Ronald Folk. Dan apa yang dikatakan Fitzgerald barusan membuatnya mulai merangkai prasangka. Sebuah prasangka yang jika benar adanya, pasti akan menghancurkan klan ini. Keluarga ini. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Judith Maitland | Mar 20 2018, 05:18 PM Post #5 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]()
![]() |
Ceritakan Ceritamu Sreek. Perkamen di tangannya digulung dengan rapi dan kembali diikat pita berwarna hitam. Suara uhu-uhu ruang yang nyaring dari seekor burung hantu memecah suasana sepi ruangan kecil yang dibatasi oleh dinding-dinding kayu tempatnya berada. Surat yang diikat dengan pita berwarna hitam selalu menjadi penanda bahwa isinya bukan berita baik. Surat ini dia periksa beberapa kali dan hanya berisi kalimat pendek. Dia tidak akan mengatakan lebih dari yang tidak diperlukan.
Dia tidak pernah membubuhkan nama belakang keluarganya, dia sudah merasa aneh sejak awal, nama keluarganya tidak sama dengan sang ibunda. Juga tidak sama dengan Gladys. Anak siapakah dia? Tidak ada yang tahu. Atau lebih tepatnya, tidak ada yang menceritakan apa pun kepada William. Bukan berarti dia peduli. Anak siapa pun dia, tidak ada yang berhak mendikte apa yang dia lakukan. ”Tuan, kereta kuda telah siap.” William mengangguk singkat. Dia ikat gulungan perkamen itu ke dalam sebuah batang kayu dan mengikatnya ke kaki burung hantu miliknya. “Antarkan ini kepada Mother*.” Burung hantu berbulu cokelat cenderung hitam itu beruhu riang sebelum mengepakkan kedua sayapnya mengambil ancang-ancang. Hanya dalam waktu singkat, burung itu telah mengudara dan keluar dari jendela ruangannya yang tidak tertutup. Dengan lambaian tongkat sihirnya, jendela yang terbuka bergerak menutup dan mengunci dirinya sendiri. Menyusul cahaya padam dari mejanya, dan kain-kain bergerak menutupi perabotan yang ada di ruangan. Hingga dalam waktu singkat dia sudah keluar dari ruangan dan mengunci bangunan pondokan kecil yang menjadi tempat tinggalnya selama ini. Pondokan ini sudah terjual, dia tidak akan kembali lagi ke tempat ini. Ini bukan rumahnya. Tidak pernah. Kakinya melangkah menuju kereta kuda dan duduk dengan tenang di dalam, kopernya yang tidak banyak sudah terikat di belakang kereta dan roda berputar menuju Plymouth. *Ibu Diterima Edited by Periculum, Apr 10 2018, 05:40 PM.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() ![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Luca Buckingham | Mar 20 2018, 07:07 PM Post #6 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]()
Gryffindor
![]() |
Ceritakan Ceritamu Nania duduk dibelakang meja bar miliknya, sesekali mengecek persediaan minuman dibalik tubuhnya dan menandainya dalam list untuk membelinya kembali ditempat langganannya seperti biasa. Marvin, Asisten Bar untuk daerah Muggle datang dan menjadi tamu pertama semenjak buka pagi ini. Marvin tersenyum lalu mengernyitkan jidatnya, sembari menatap dengan kebingungan. Nania hanya menggerakkan kepalanya kebelakang, sedikit mundur lalu turut mengernyitkan jidatnya. “Kau datang kemari hanya untuk mengernyitkan jidatmu dan menatapku seperti itu?” Nania menanyakan kenapa wajah asistennya itu tampak seperti seorang squib yang baru pertama kali melihat sihir, meskipun Marvin adalah juga seorang squib yang dikucilkan oleh keluarganya dan berakhir dengan bekerja untuk Nania diwilayah Muggle. Laki-laki yang lebih muda darinya itu tampak sedang ingin tahu isi kepala Nona Buckingham ini. ”Kau tampak tidak sehat? Tetapi berbeda dari biasanya.” Nania seketika sedikit memerah, dirinya lupa bahwa laki-laki bernama lengkap Marvin Wayne ini memiliki kelebihan bisa merasakan hal sensitif. Nania memang berbeda dari beberapa bulan yang lalu saat terakhir bertemu dengan Marvin. Kali ini dirinya sedang mengandung buah cintanya dengan pemuda yang seharusnya Nania jauhi untuk memperbaiki hubungannya dengan keluarganya sendiri. Tetapi cinta mengalahkan segalanya, ketika Nania lebih memilih untuk merangkai masa depan dengan seorang Buckingham. Kepalanya melirik sesuatu yang lain, berusaha untuk mengalihkan pembicaraan tetapi belum sempat Nania menyanggah Marvin bunyi bel bar terdengar menandakan seorang datang. Bukan. Bukan pelanggan atau seorang penyihir yang sedang butuh didengarkan tetapi seorang yang dikenalnya dan menjadi masa depannya. Franshkopa Buckingham. Laki-laki dengan perawakan begitu tinggi serta mata hijau yang membuatnya lebih tenang setiap saat memasuki bar. ”Sayang, aku sudah rindu.” Fransh berucap dan melihat Marvin lalu melihat Nania kembali, laki-laki ini mengenal Marvin dan bagaimana tingkah lakunya jika mengetahui sebuah rahasia. Nania menggenggam tangan Fransh, lalu tersenyum tipis. “Marvin, ingat Franshkopa Buckingham?” Nania memberikan jeda untuk Marvin berpikir sejenak, lalu kembali melanjutkan kalimatnya. “Sebulan yang lalu, kami baru saja menikah.” Tentu menikah di gereja Muggle dimana tidak ada yang mengenal keduanya. NB : Saya tidak tahu mengapa cerita saya semua ke bold padahal tidak di bold. Mon maap. Tidak diterima Edited by Periculum, Apr 10 2018, 05:40 PM.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() ![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Richelle Maitland | Mar 20 2018, 07:26 PM Post #7 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Curse Breaker Magang
![]() |
Ceritakan Ceritamu Hogsmeade pagi itu hujan besar. Keluarga Wyatt yang baru tiba dari Perancis harus rela menaiki kereta kencana yang lamban. Barang bawaan mereka akan diantarkan sehari kemudian, setelah kereta khusus pengangkut barang diberangkatkan dari pelabuhan. Perjalanan jauh itu Marielle nikmati dengan bersenandung riang, mengamati kehidupan yang maha tenteram di tanah kelahirannya sendiri. Gadis berambut pirang itu dilahirkan di sini, meski sejak usia tiga tahun harus menetap dan berakhir tumbuh besar di Perancis. Suasana yang sempat hilang dari memori ingatannya, perlahan mulai muncul kembali. Sang kakak, Jeremie, terlelap di samping kiri. Sedangkan Diazimillian dan Bernadette, sudah seminggu terakhir menempati kediaman baru mereka di Hogsmeade, sekaligus mempersiapkan kedatangan putra dan putri lajangnya di bumi pertiwi sang ayah. "Jem, bangunlah. Kita sudah hampir sampai," Marielle menggoyang pelan bahu saudaranya. Di luar hujan mulai mereda, meski angin masih terus menerpa hingga terkadang kereta kencana itu berayun pelan. "Mmh?" Jeremie mulai membuka mata. Marielle mengamati dengan pandangan sebal karena sang kakak selalu mudah tertidur di mana saja. "Kau yakin kita sudah sampai?" Gadis itu melihat kakaknya yang mengusap-usap mata, mengintip dari balik tirai jendela kereta, memindai panorama alami yang terbentang sejauh mata memandang. "Kita akan tinggal di pedesaan?" tanya kakaknya lagi dengan raut tak percaya. "Mm, b-begitulah." Jauh berbeda dari kehidupan yang sebelumnya mereka jalani di pusat ibukota Paris, Perancis, yang bergelimang kemewahan khas penduduk kota. Kini, Marielle dan Jeremie harus beradaptasi. Di balik manor yang megah itu, tak ada bangunan-bangunan besar yang mengelilingi, akan tetapi perkebunan dan persawahan yang masih asri. Edited by Richelle Maitland, Mar 20 2018, 10:04 PM.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() ![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Adalet Buckingham | Mar 20 2018, 07:28 PM Post #8 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]()
Slytherin
![]() |
Ceritakan Ceritamu Musim Panas 1819 “Apa yang akan kau lakukan sekarang, My Lord?” Semburat jingga mewarnai langit Dunvegan, mengantar dua bersaudara duduk menghabiskan waktu di penghujung Musim Panas yang menyedihkan. Ada gores khawatir di wajah si pemimpin, bagaimana pun belakangan ini keluarga mereka sedang ditempa oleh duka yang tidak juga berhenti menyerang. Suara napas berat Fitzgerald membuatnya khawatir, tapi kalimatnya akan berhenti sampai di sana. Ia tahu bahwa ada batas yang saudaranya tidak ingin bungsu lewati. ”Sekarang, Freace sudah tiba di Hogwarts. Dia yang akan mengurusnya lebih lanjut.” Tenggorokan Franshkopa mendadak kering, ia mampu merasakan amarah dari kalimat saudaranya. Sudah sangat lama Fitzgerald tidak memperlihatkan dirinya yang ini. Terakhir kali adalah ketika Emily memutuskan untuk mengizinkan Adelaide masuk ke Buckingham Landing, di sanalah terakhir Franshkopa melihat sosok Fitzgerald yang menakutkan. “Kalau begitu kau tidak usah khawatir dan bersantailah sejenak. Freace tidak mungkin membuatmu kecewa.” Fitzgerald mengangguk, lalu meneguk cairan alkohol dari gelasnya. ”Valerie,” Nama putrinya disebutkan, kedua tangannya terkepal rapat. ”Sedang berada di jalur yang sama seperti yang dipilih oleh Alecia. Aku tidak ingin kesalahan yang sama terulang, Fransh. Kau harus mengawasi putrimu atau aku akan melakukan hal yang buruk. Lagi.” Franshkopa bergeming, ia masih ingat bagaimana beberapa hari lalu mereka menguburkan jenazah Ronald Folk. Dan apa yang dikatakan Fitzgerald barusan membuatnya mulai merangkai prasangka. Sebuah prasangka yang jika benar adanya, pasti akan menghancurkan klan ini. Keluarga ini. Diterima Edited by Periculum, Apr 10 2018, 05:44 PM.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() ![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Leopold Martell | Mar 20 2018, 09:54 PM Post #9 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]()
Gryffindor 1814
![]() |
Ceritakan Ceritamu Bayangan seorang wanita bertudung yang berasal dari cahaya terang pada ujung tongkat, terpantul pada undakan batu. Pada ujung tangga tersebut, selapis pagar besi abu-abu membentengi sebuah bangunan berwarna putih gading. Perlahan, kaki wanita tersebut menaiki undakan. Selang satu detik setelah wanita tersebut menginjakkan kaki pada undakan terakhir, pagar besi membuka sendiri. Ia berjalan menuju pintu masuk bangunan. Lagi, pintu tersebut membuka sendiri, menampakkan ruang tamu mewah dengan berbagai guci porselen dan lukisan berbingkai emas. Sinar pada tongkat ia matikan. "Thalia?!" Kali ini, langkah wanita tersebut terhenti. Ia berbalik dan menatap lekat sosok wanita paruh baya dengan dandanan lengkap serta gaun dan aksesoris termahal. Wanita yang dipanggil Thalia membuka tudungnya. Ekspresi kaku terpeta pada wajah pucatnya. Wanita yang sekiranya berusia dua puluh tahunan itu berucap dengan nada dingin, "Ibu." ibu Thalia terperangah seakan tidak mempercayai apa yang ia lihat. "Kau kembali!" pekiknya pelan. Hampir selama enam tahun Thalia tidak melihat sosok yang membawanya ke dunia. "Aku mempunyai urusan sebentar di rumah ini." Jeda ia berikan agar ibunya memahami bahwa ia tidak ingin ada di sini. "Hanya lima menit lalu aku akan pergi dan tidak akan kembali." Wanita yang lebih muda berbalik menghadap pintu yang masih terkunci. Sementara wanita yang lebih tua berteriak, "Thalia Glynis Martell!" kedua alis Thalia terangkat. Sudut mulutnya tertarik seakan sudah menanti hal ini. Ini adalah kali pertama Ibu berteriak padaku. batinnya senang. Namun, gadis itu tetap pada tujuannya dan berjalan menuju pintu. Diambilnya kunci dari dalam saku dan ia masukkan ke dalam lubang kunci. "Smith suami istri itu tidak pernah mengijinkanku masuk ke sana, kau tahu!" Wanita paruh baya itu kini mulai berbicara dengan nada dingin dan kesal. "Aku. Nyonya besar di rumah ini, dilarang memasuki kamar anak perempuannya oleh seorang pelayan dan tukang kebun! Betul-betul memalukan!!" Seakan hanya mendengar angin lalu, Thalia memasuki ruangan dan segera menutup pintu di belakangnya. Ia memperhatikan setiap sudut kamar tidur tersebut. Tak ada yang berubah. Hugo dan Beatrice benar-benar melaksanakan titah terakhir Thalia sebelum dirinya meninggalkan rumah. Ia segera membuka salah satu nakas dan memasukkan sebuah kantung kulit ke dalamnya. Tidak sampai lima menit Thalia berada di ruangan tersebut. Saat ia keluar, ibunya sudah tidak berada di tempatnya semula. Thalia kembali menuju pintu depan yang membuka sendiri. Dua orang laki-laki dan perempuan tampak sedang menunggu di dekat pagar besi. Ekspresi kakunya hilang dan digantikan dengan ekspresi rindu yang meluap-luap. Thalia berjalan cepat menuju pagar. Pasangan tersebut membungkukan badan mereka. "Nona Thalia." ujar mereka bersamaan. Diterima Edited by Periculum, Apr 10 2018, 05:46 PM.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() ![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Marilynn Silverstein | Mar 20 2018, 09:56 PM Post #10 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]()
Gryffindor
![]() |
Ceritakan Ceritamu Musim panas 1819. “Rae. Apakah pakaianku sudah rapi?” Seorang wanita muda berputar dalam posisinya, Aurora namanya, membuat gaun serupa warna salju yang dikenakan oleh tubuhnya ikut berputar dan menyentuhkan sedikit ujungnya pada permadani di atas lantai. Pantulan bayangan yang ia lihat pada cermin seketika berganti dengan sosok yang sedang menatapnya dengan wajah berseri, kemudian gadis sebaya dengannya itu mengaitkan satu sama lain dua tangannya yang telanjang. Sesungguhnya tak perlu ia bertanya pun jawaban yang ingin Aurora dengar telah terpampang jelas pada paras pelayannya. Namun mendengar jawaban langsung dari mulut mungil Rae merupakan sebuah kepuasan tersendiri bagi Aurora Silverstein. “Tentu saja, Nona. Nona Aurora. Sungguh menakjubkan.” Jawaban itu berhasil meretaskan senyum manis pada paras Aurora yang akhir tahun ini akan menginjak usia 21 tahun. Dagunya diangkat serta sesaat sebelum langkah ringannya mulai membawa sang wanita muda menyeberang menuju jendela terbuka. Aroma musim panas menyerobot masuk ke dalam ruangan dan meniup lembut anak rambut dengan lancangnya, tapi Aurora tak mempermasalahkan. Tidak biasa, benar begitu, hm? Mungkin. Terlebih mengingat ia akan begitu benci ketika sinar matahari bersentuhan langsung dengan kulit wajahnya. Padahal seseorang dari Beaxbatons pernah berkata jika mata birunya akan lebih indah kala bersinggungan dengan cahaya. Oh, betapa omong kosong. Untuk kali ini Aurora akan berbaik hati dan tidak mengutuk matahari. Karena ada seseorang yang akan menjadi target serapahnya meskipun tak akan sampai dilontarkan oleh lisannya. Aurora mengalihkan pandang menuju pelayannya. “Kereta kudanya sudah siap, bukan? Ikut denganku menemui Nicolas.” Aurora mengambil tas tangannya dan bersiap pergi menuju ambang pintu. Ada pekerjaan penting yang harus ia lakukan. Pekerjaan pertamanya meliput kejadian besar dalam terowongan atas nama Daily Prophet. “Akan kuberikan gaun baruku padamu asalkan kau nanti tidak membuat ku malu saat bertemu dengan Nicolas.” Benar. Nicolas Silversteinlah yang akan tunduk padanya hari ini. Alam semesta pun akan menuruti keinginannya, termasuk tunangan yang mencampakkannya itu. Diterima Edited by Periculum, Apr 10 2018, 05:46 PM.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
![]() ![]() |
![]() |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1 user reading this topic (1 Guest and 0 Anonymous) |
« Previous Topic · Aplikasi Chara · Next Topic » |